Aneh sekali ketika rumah tidak terasa seperti "rumah" yang seharusnya kau dapat beristirahat dan merupakan tempat kau kembali.
Ini sudah hari ke-6 aku di rumah. Sudah lebih 6 kali air mataku jatuh di sini. Tempat yang lebih menyiksa daripada kesendirianku di sana. Ucapan-ucapan pedih yang biasa dilontarkan kepadaku, kini kurasakan kembali. Tak pernah habis selagi ragaku masih di sini.Menangis diam dan membungkam semua sendirian. Hanya itu yang dapat kulakukan. Jikapun aku bersuara untuk diriku, habislah aku dengan sumpah-serapahnya. Lelah sekali meski hanya berdiam diri. Ingin sekali pergi jauh, membebaskan diri, tapi aku masih membutuhkannya.
Manis sekali perkataannya kepada orang lain. Senyum lebar yang ia berikan kepada orang lain. Semuanya adalah hal langka yang kudapatkan.
Aku tidak akan pernah bisa lupa dengan bagaimana merah matanya, melotot seakan matanya ingin keluar, dan mengatakan bahwa dia akan membunuhku, membuangku dari dunia yang ia berikan. Bagiku bukan "mati"nya yang membuatku pilu, tetapi pikiran bagaimana mungkin seseorang yang membuatku hadir di dunia ini sangat membenci kehadiranku di hadapannya. Apa aku tidak diinginkan?
Pernah waktu itu ia memarahiku, mencarutiku, membentakku, memukuliku, menyumpahiku, dan tak lupa dengan "anjing"nya. Aku ingat bagaimana buruk perlakuannya saat itu, tetapi yang ia katakan pada orang hanyalah beberapa perkataannya yang diubah intonasi dan cara berbicaranya menjadi sangat baik. Jauh dari apa yang sebenarnya terjadi. Tidak salah apa yang ia katakan, ia memang mengatakan itu. Tapi apa hanya itu? apa begitu? Tentu lah tidak. Lagi dan lagi, aku lah yang dicap orang buruk. Berbicaranya aku hanya dianggap melawan.
Aku sudah sangat lelah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar