Hai. Kutebak, kamu lagi bahagia dan kasmaran. Gak akan lebih buruk saat seseorang datang mendekati. Aku tulis ini di tanggal 13 September, berharap ini bisa sedikit meredakan sesak di dada. Ya, aku tidak baik baik saja. Bagaimana bisa baik baik saja mengetahui orang yang kucintai sepenuh hatiku sedang menyapa orang lain masuk ke hatinya. Hancur melihat pesanmu mengatakan kamu ingin hidup bersamanya. Padahal kamu selalu menghindari anganku untuk terus bersamamu.
Kamu tau hal apa yang saat ini aku benci selain hubungan romansa? Fakta bahwa kamu hanya membutuhkan waktu tak lebih dari satu bulan untuk memulai membuka hati kembali. Seolah 4 tahun yang kita lewati tak ada artinya di hatimu. Hatiku hancur sejadinya. Tapi sangat berbalik dengan keadaanmu sekarang. Syukurlah kamu gak ngerasainnya.
Maaf, jika caraku membuat kamu bertanya. Maaf, aku cuma bisa jadi pengecut, menghindari kontak dengan kamu. Bukan hanya karena aku tak bisa terima kamu membuka lagi hati kamu untuk orang lain, tapi juga menahan diri agar aku tak merusak jalan menuju cita-citamu. Aku paham, celah kecil akan membawaku untuk memperjuangkan kamu lagi. Padahal bukan aku yang kamu ingin. Dan akhirnya aku hanya menghalangi langkahmu.
Lagi pula, hilangnya aku tak akan berarti buat kamu. Tak ada yang tau tentang kita, dan kamu juga melarangku memberitahu siapapun. Aku cuma cerita di lembaran kertas hitam dengan tinta hitam. Tertulis, tapi tak ada yang tau dan tak akan pernah diceritakan.
Aku akan hilang seiring masuknya orang lain ke hati kamu. Begitulah hatimu bekerja. Kuharap hatiku juga tidak sebodoh itu, tidak harus mempercayai bahwa cinta hanya sekali, dan sekalinya cinta, tak akan ada yang lain. Kuharap. Meski kenyataannya tak begitu.
Semoga tidurmu nyenyak dan bangunmu dalam keadaan segar dan bersemangat menyambut hari baru. Tak seperti aku yang setiap hari tak tahu harus apa selain menangis hingga akhirnya tertidur, lalu bangun memikirkan yang kutangisi kemarin dan harus memaksa diri menjalani semuanya seperti biasa. Sungguh sangat melelahkan raga dan jiwa.
Meski aku tak cukup berani berharap kau bahagia dengan yang lain, kuharap kamu tidak pernah merasakan yang kurasakan. Kamu tak perlu melalui yang ku lalui.
Kamu berhasil menghancurkan hatiku sampai menjadi butiran yang tak akan pernah bisa kuperbaiki. Sejujurnya, aku bingung bagaimana aku memandangmu sekarang. Apa kamu orang yang kubenci? Apa kamu orang yang kucintai? Apa pun itu, aku benar benar sayang kamu dan kamu yang kumaksud mungkin takkan pernah kembali.
Aku merindukannya, sangat merindukannya